Gunadarma

ug

Minggu, 29 November 2015

Contoh Karya Ilmiah Ujian Praktek SMA.ADN

PENGARUH CARA BERPAKAIAN TURIS ASING TERHADAP CARA BERPAKAIAN MASYARAKAT DESA WISATA PENGLIPURAN, KUBU, BANGLI, BANGLI, PROVINSI BALI

Karya Tulis
 Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
Tahun Ajaran 2014-2015


Oleh:
Annisa Dievy Nafilah
NIS 7233
Bagas Putra Pratama Widianto
NIS 7235
Bonita Megamelina
NIS 7237
Dian Anggreni
NIS 7239
Dinuryah Badas Nunggalan
NIS 7240




JURUSAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SMA PERGURUAN “CIKINI”
2015



ABSTRAK
Nafilah Dievy Annisa, Bonita Megamelina, Dian Anggreni, Dinuriyah Badas Nunggalan, Bagas Putra Pratama Widianto, 2015. Pengaruh Cara Berpakaian Turis Asing Terhadap Cara Berpakaian Masyarakat Desa Wisata Penglipuran, Kubu, Bangli, Bangli, Bali. Karya Tulis, Jurusan Ilmu Pengetahuan, SMA Perguruan “CIKINI”. Pembimbing: Drs. Amari Mulya.
Berdasarkan tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang diterima dari cara berpakaian turis asing terhadap cara berpakaian masyarakat Bali sehari-hari.
Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pengamatan langsung yaitu dengan pergi ke Pulau Bali dengan progam Study Tour yang diadakan oleh sekolah. Penulis juga melakukan wawancara dengan pemandu wisata yang memimpin penulis dalam menjelajahi Pulau Bali.
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan, sebagian besar masyarakat lansia masih menggunakan pakaian adat, sedangkan masyarakat remaja hanya menggunakan pakaian adat ketika sedang melaksanakan perayaan-perayaan dan contohnya mereka selalu memakai pakaian sehari-hari yang sopan walaupun banyak turis asing yang datang ke desa mereka dan bisa saja membuat mereka mengikuti trend busana wisatawan asing.




LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah mendapat persetujuan dan disahkan untuk melengkapi syarat-syarat kelulusan Sekolah Menengah Atas Perguruan “Cikini” Tahun ajaran 2014-2015 pada Februari 2015.
Pembimbing Penulisan                                                          Pembimbing Materi


  (Drs. Amari Mulya)                                                               (Dra. Indrawati)
Wakil Kepala Bid. Kurikulum


(H. Agus Tridjoko, S.Pd.)

Kepala SMA Perguruan “Cikini”


(Drs. H. Farid Syamsul Bachri)



KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas untuk menyusun karya tulis ini. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah usaha untuk memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Nasional pada tahun ajaran 2014-2015.
Penulis sengaja membuat judul PENGARUH CARA BERPAKAIAN TURIS ASING TERHADAP CARA BERPAKAIAN MASYARAKAT DESA WISATA PENGLIPURAN, KUBU, BANGLI, BANGLI, BALI, karena ingin mengetahui dan untuk melestarikan cara berpakaian masyarakat bali.
Dalam menyusun karya tulis ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak, dan tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hikmad, akal budi dan pengertian untuk karya tulis ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
2.      Kedua orang tua yang membimbing dan mengarahkan supaya karya tulis ini dapat selesai serta dengan tulus ikhlas membiayai segala keperluan karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan


3.      Penulis sangat berterimakasih kepada Bapak Drs. H. Farid Syamsul Bahri, selaku kepala SMA Perguruan “Cikini”, yang telah memberikan dorongan dan semangat kepada penulis supaya menyelesaikan karya tulis ini dengan baik dan tepat waktunya.
4.      Penulis sangat berterimakasih kepada Ibu Dra. Hj. Indrawati, selaku wali kelas, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun karya tulis ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
5.      Penulis berterimakasih kepada Bapak Drs. Amari Mulya selaku guru pembimbing bahasa, yang membimbing penulis menggunakan bahasa Indonesia yang benar dalam penulisan karya tulis ini.
6.      Penulis juga berterimakasih kepada Ibu Zunita Farida sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang telah memberikan persetujuan untuk karya tulis ini diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
7.      Teman-teman yang terutama sekelompok dengan penulis telah memberikan semangat dan dorongan supaya karya tulis ini terselesaikan.
Penulis ucapkan banyak terimakasih terhadap pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun karya tulis ini
    Jakarta,
Februari 2015

                                                                                                                                                                                                                                                Penulis



DAFTAR ISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I   PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah
1.2    Identifikasi Masalah
1.3    Pembatasan Masalah
1.4    Perumusan Masalah
1.5    Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.6    Sistematika Penelitian
BAB II  DESKRIPSI UMUM
2.1.  Data Provinsi
2.2.  Sejarah Pulau Bali
2.3.  Budaya Bali
2.3.1.       Pakaian Daerah
2.3.2.       Musik Daerah
2.3.3.       Seni Tarian
2.3.4.       Senjata Tradisional
2.3.5.       Rumah Adat
2.4.   Penduduk Bali
2.5.   Filosofi Pakaian Khas Bali
2.6.   Pakaian Adat Bali
BAB III Metode Penelitian
3.1.  Metode Penelitian
3.2.  Variabel Penelitian
3.3.  Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.  Sampel Penelitian
3.5.  Teknik Pengambilan Data
BAB IV Pembahasan
4.1    Deskripsi Tempat Penelitian
4.2    Deskripsi Pakaian Adat, Daerah dan Sehari-hari
BAB V Kesimpulan dan Saran
5.1    Kesimpulan
5.2    Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

Bali adalah nama salah satu provinsi di Indonesia dan juga merupakan nama pulau terbesar yang menjadi bagian dari provinsi tersebut. Selain terdiri dari Pulau Bali, wilayah Provinsi Bali juga terdiri dari pulau-pulau yang lebih kecil di sekitarnya, yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Nusan Ceningan dan Pulau Serangan.
Bali merupakan tempat wisata yang paling baik dikunjungi oleh para wisatawan dari mancanegara maupun dari dalam negeri, Pulau Bali terkenal dengan objek pariwisatanya, bukan hanya itu saja, wisatawan juga mengagumi kebudayaan-kebudayaan yang dimiliki oleh orang-orang Bali.
Salah satu unsur yang sangat melekat pada masyarakat Bali adalah agama dan budayanya. Mereka sangat memegang teguh agama yang di anutnya yang di wujudkan pada aktivitas sehari-hari seperti menghaturkan sesajen, menyembah patung, dan lainnya. Bagi masyarakat Bali yang mempunyai kecukupan, mereka membuat pura kecil didalam rumahnya karena menganggap akan selalu dekat dengan Tuhannya.
Masyarakat Bali terbagi menjadi beberapa kasta dari yang tertinggi hingga terendah seperti Ksatria, Bramana, Waisya, dan Sudra. Masyarakat Bali tidak bisa berpindah kelas seperti halnya stratifikasi sosial. Masyarakat Bali yang berada di kasta paling atas biasanya paling disegani dan dihormati masyarakatnya.
1.1         Latar Belakang Masalah
Manusia, masyarakat, dan kebudayaan Bali, pada perkembangannya kini, sesungguhnya diwarnai oleh perilaku masyarakat pada masa Bali kuna, masa Bali Majapahit dan masa Bali modern. Pemahaman tentang hidup terdiri dari unsur atma, angga dan khaya, yang bersumber dari ajaran Hindu, menjadikan pola hidup masyarakat Bali unik dan lentur menyikapi perubahan jaman. Perkembangan budaya dan perilaku manusia Bali dari Bali kuna ke Bali modern yang dilakoni secara lentur telah pula menumbuhkan perekonomian, ilmu pengetahuan dan teknologi yang senantiasa diupayakan terpadu harmonis dengan budaya lokal. Budaya Bali, kemudian tampak seperti terus tumbuh berkelanjutan mengalami perkembangan dengan tetap menampakan ciri budaya setempat.
Adapun alasan pemilihan judul antara lain:
1.    Karena melalui karya tulis ini penulis ingin membuktikan bahwa tidak adanya pengaruh pakaian wisatawan asing dengan pakaian yang digunakan masyarakat Bali setiap hari.
2.    Karena dengan melihat sisi kekuatan antara kepercayaan dan kebudayaan yang begitu erat hubungannya dengan keseharian masyarakat Bali.








1.2         Identifikasi Masalah
1.2.1   Apakah itu kebudayaan ?
1.2.2   Apakah pakaian turis asing berpengaruh terhadap pakaian masyarakat desa wisata penglipuran ?
1.2.3   Apa latar belakang masyarakat Bali sangat berpegang teguh  pada agama dan budaya mereka ?
1.2.4   Apa dampak yang terjadi ketika budaya dan agama mereka terkait pada aktivitasnya?

1.3         Pembatasan Masalah
             Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah difokuskan pada butir
1.4         Perumusan Masalah
1.5         Tujuam dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis ini yaitu untuk memenuhi persyaratan kelulusan tahun ajaran 2014-2015. Selain itu agar dapat memahami bahwa pakaian wisatawan asing brpengaruh terhadap pakaian sehari-hari masyarakat Desa Wisata Penglipuran.        
1.6               Sistematika Penelitian
1.6.1        Studi kepustakaan, mengikuti buku-buku yang berkaitan dengan kebudayaan Bali.
1.6.2        Observasi, yaitu dilakukan pada tanggal 17-24 Desember.
1.6.3        Penulisan dilakukan mengikuti metode yang benar dengan menguraikan secara cermat cara/ prosedur pengumpulan data dan/ atau informasi, pengolahan data dan/ atau informasi, analisis sintesis, mengambil simpulan, serta merumuskan saran atau rekomendasi



BAB II
DESKRIPSI UMUM

2.1  Data Provinsi
Pulau Bali adalah bagisan dari kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 122 km sekitar 3,2 km dari pulau jawa. Bali beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Ibu kota Bali adalah Denpasar. Tempat-tempat penting lainnya adalah Ubud sebagai pusat seni terletak di Kabupaten Gianyar, sedangkan Kuta, Sanur, Seminyak, Jimbaran, Nusa dua adalah beberapa tempat yang menjadi tujuan pariwisata, baik wisata pantai maupun tempat peristirahatan.
Luas wilayah provinsi Bali adalah 5.366,66 km2 atau 0.29% luas wilayah Republik Indonesia. Secara administratif provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan.
BATAS WILAYAH
UTARA             : LAUT BALI
SELATAN        : SAMUDRA INDONESIA
BARAT             : PROVINSI JAWA TIMUR
TIMUR              : PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT




2.2             Sejarah Pulau Bali
Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia. Peninggalan peralatan baru dari masa tersebut ditemukan di Desa Cekik yang terletak dibagian Barat pulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya ajaran hindu dan tulisan sansekerta dari India pada 100 SM. Kebudayaan Bali kemudina mendapat pengaruh kuat dari kebudayaa India yang prosesnya semakin cepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (Pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti, diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 931 M dan menyebutan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanaman padi mulai berkembang pada masa itu. Kerajaan Majapahit (1293-1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di Pulau Jawa, pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantara beragama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam nusantara yang antara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis dan masyarakat Hindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari pulau Jawa ke pulau Bali.




2.3              Budaya Bali
2.3.1                  Pakaian Daerah
Pakaian daerah Bali sesungguhnya sangat bervariasi, meskipun secara selintas kelihatannya sama. Masing-masing daerah di Bali mempunyai ciri khas simbolik dan ornamen, berdasarkan kegiatan/upacara, jenis kelamin, dan umur penggunanya. Status sosial dan ekonomi seseorang dapat diketahui berdasarkan corak busana dan ornamen perhiasan yang dipakainya.
Busana tradisional pria umumnya terdiri dari :
1.          Udeng (ikat kepala)
2.          Kain kampuh
3.          Umpal (selendang pengikat)
4.          Kain wastra (kemben)
5.          Sabuk
6.          Keris
7.          Berbagai ornamen perhiasan

Busana tradisional wanita umumnya terdiri dari :
1.          Gelung (sanggul)
2.          Sesenteng (kemben songket)
3.          Kain wastra
4.          Sabuk prada (stragen), membelit pinggul dan dada
5.          Selendang songket bahu ke bawah
6.          Kain tapih atau sinjang, disebelah dalam
7.          Beragam ornemen perhiasan tambahan

2.3.2 Musik
Musik tradisional bali memliki kesamaan dangan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam teknik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera. Demikian pula beragam gamelan yang dimainkan pun memiliki keunikkan, misalnya gamelan jegog, gamelan gong gede, gamelan gambang, gamelan serunding dan gamelan semar pegulingan. Terdapat bentuk modern dari musik tradisional bali, misalnya gamelan gong kebyar yang merupakan musik tarian yang dikembangkan pada masa penjajahan belanda serta joged bumbung yang mulai populer di bali sejak tahun 1950-an. Umunya musik bali merupakan kombinasi dari berbagai alat musik perkusi metal (metalofon), gong dan perkusi kayu (xilofon).
2.3.3        Seni Tari
Seni tari Bali umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu Wali atau seni pertunjukkan sakral, Bebali atau seni tari pertunjukkan untuk upacara dan juga untuk pengunjung dan Balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.
Salah satu tarian yang sangat populer bagi para wisatawan ialah Tari Kecak. Sekitar tahun 1930-an, Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari ini berdasarkan tradisi Sangyang dan bagian-bagian kisah Ramayan dan memperkenalkan tarian ini saat keliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
2.3.4        Senjata Tradisional


1.      Keris
2.      Tombak
3.      Tiuk
4.      Taji
5.      Kandik
6.      Caluk
7.      Arit
8.      Udud
9.      Geleweng
10.  Trisula
11.  Panah
12.  Penampad
13.  Garot
14.  Tulud




2.3.5        Rumah Adat
Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya feng shui dalam budaya China).
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek Pawongan, Pelemahan, dan Parahyangan.
Untuk itu pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut Tri Hita Karana.
Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Pada umunya bangunan atau arsitektur tradisional daerah Bali selalu dipenuhi hiasan, berupa ukiran, peralatan, serta pemberian warna. Ragam hias tersebut, mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi. Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung.
2.4              Penduduk Bali
Jumlah penduduk Bali  menurut sensus penduduk tahun 2000 adalah 6.999 yang tersebar di 9 kabupaten dan kota. Empat sensus sebelumnya mencatat jumlah penduduk bali beturut-turut sebagai berikut : pada sensusu 1995 adalah 2.904.828 orang, pada sensus 1971 turun menjadi 2.120.091 orang, sensus 1980 mencatat 2.469.930 orang dan sensus 1990 meningkat menjadi 2.777.356 orang
Perbedaan ciri dan potensi antar kebupaten/kota menyebabkan tidak meratanya persebaran penduduk Bali di semua kabupaten dan kota. Kabupaten Buleleng dan kota Denpasar menempati status jumlah wilayah dengan jumlah penduduk terbesar yaitu 17,74% (Buleleng) dan 13,92% (Denpasar) dari seluruh penduduk Bali.
Dalam hal kepadatan penduduk, kota Denpasar menempati urutan pertama dengan angka kepadatan 4.295 orang/km2. Artinya dengan luas wilayah seluas 123.98 kms, kota Denpasar dihuni oleh 532.440 orang. Diurutan kedua adalah kabupaten Gianyar dengan kepadatan 1.068 orang/km2. Adapun kepadatan paling rendah terdapat kabupaten Jimbaran. Dengan wilayah seluas 841.80 km2 , kabupaten ini hanya dihuni 217.199 orang. Selain berdomisili di provinsi Bali, penduduk Bali juga tersebar di berbagai provinsi di Indonesia baik sebagai transmigran atau sebagai penduduk pendatang yang bekerja di kota-kota besar lainnya, terutama di pulau Jawa.
Sebagai suatu komunitas, penduduk Bali terikat pada segi-segi kehidupan sosial dan budaya yang olah masyarakat Bali disebut sebagai Tri Hita Karana yaitu kewajiban menjalankan kehidupan spiritual, (parahyangan) sebagai atma (jiwa), kewajiban memelihara pemukiman dan lahan (pelemahan), sebagai angga (arga), dan kewajiban melakoni kehidupan bermasyarakat dalam suatu ikatan aturan (pawongan) sebagai khaya (tenaga).


2.5              Filosofi Pakaian Khas Bali
2.5.1             Kelengkapan Pakaian Adat Bali
Kelengkapan pakaian adat Bali terdiri dari beberapa item. Item tersebut antara lain kamen untuk pria, songket untuk pria dan wanita, udeng untuk pria dan sanggul lengkap dengan tiaranya untuk wanita. Disamping itu laki-laki Bali menyematkan keris, sedangkan wanita membawa kipas sebagai pelengkapnya.
2.5.2        Filosofi Pakaian Adat Bali
Pakaian adat Bali memiliki nilai filosofi yang dalam. Filosofi pakaian adat Bali dalam hampir sama dengan kebanyakan pakaian adat daerah lain dalam beberapa hal, akan tetapi karena Bali juga merupakan salah satu tempat yang sudah mendunia dan disakralkan, maka filosofi pakaian adat Bali kini menjadi penting dalam eksistensinya. Pakaian adat Bali mempunyai standardisasi dalam kelengkapannya.
Pakaian adat Bali lengkap umumnya dipakai pada upacara adat/keagamaan atau upacara perayaan besar. Sedangkan pakaian adat madya dipakai saat melaksanakan ritual sembahyang harian atau saat menghadiri acara yang menggembirakan seperti contohnya ketika pesta kelahiran anak, kelulusan anak, sukses memperoleh panen, atau penyambutan tamu.
Filosofi pakaian adat Bali pada dasarnya bersumber pada ajaran Sang Hyang Widhi, yakni Tuhan yang diyakini memberikan keteduhan, kedamaian dan kegembiraan bagi umat Hindu yang mempercayainya.
Setiap daerah memiliki ornamen berbeda yang memiliki arti simbolis dalam pakaian adatnya masing-masing. Meskipun demikian, pakaian adat Bali pada dasarnya adalah sama, yakni kepatuhan terhadap Sang Hyang Widhi. Pakaian ini juga seringkali dipakai untuk membedakan tingkat kasta, yang merupakan buatan manusia itu sendiri. Di hadapan Maha Pencipta, manusia semua adalah sama derajatnya. Selain sebagai wujud penghormatan kepada sang pencipta, pakaian adat Bali merupakan suatu bentuk penghormatan kepada pengunjung/tamu yang datang. Ini adalah sesuatu yang umum, mengingat jika anda sebagai tamu maka akan merasa terhormat jika disambut oleh pemilik rumah yang berpakaian bagus dan rapi.
2.6 Pakaian Adat Bali
Pakaian adat Bali dilihat sekilas terkesan sama. Sebenarnya pakaian adat Bali sangat bervariasi. Dengan melihat pakaian adat Bali yang dikenakan seseorang dalam  suatu acara, bisa dilihat status ekonomi dan status pernikahannya. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pakaian adat Bali memiliki keanggunan dan citra tersendiri.

Setidaknya ada tiga jenis pakaian Adat Bali yang umum dikenakan oleh masyarakat Bali. Pertama, pakaian adat untuk upacara keagamaan. Kedua, pakaian adat untuk upacara pernikahan. Dan, ketiga adalah pakaian adat untuk aktivitas sehari-hari. Pakaian Adat khas Bali ini berbeda antara yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan.

Misalnya pemakaian sanggul ke pura oleh remaja putri. Mereka memakai sanggul atau pusung gonjer sedangkan untuk perempuan dewasa (sudah menikah) menggunakan sanggul (pusung tagel). Busana Agung adalah pakaian adat Bali yang paling mewah. Pakaian adat Bali yang satu ini biasanya dipakai pada rangkaian acara ‘Potong Gigi’ atau Perkawinan.

Busana Agung mempunyai beberapa variasi tergantung tempat, waktu dan keadaan. Kain yang digunakan dalam pakain adat Bali yang satu ini adalah wastra wali khusus untuk upacara atau wastra putih sebagai simbol kesucian. Tapi, tak jarang pula kain dalam pakaian adat Bali ini diganti dengan kain songket yang sangat pas untuk mewakili kemewahan atau prestise bagi pemakainya.

Sedangkan untuk laki-laki Bali selain menggunakan kain tersebut sebagai pakaian adat Bali. Mereka juga memakai kampuh gelagan atau dodot yang dipakai hingga menutupi dada.

Sementara, perempuan Bali sebelum menggunakan Busana Agung biasanya menggunakan kain lapis dalam yang disebut sinjang tau tapih untuk mengatur langkah wanita agar tampak anggun.

Pakaian adat Bali selain mempunyai nilai keindahan, tapi di dalamnya juga terkadung nilai – nilai  filosofis dan simbolik yang tersembunyi dalam bentuk, fungsi, dan maknanya. Itulah sebabnya dalam pakaian adat Bali dihiasi oleh berbagai ornamen dan simbol yang mempunyai arti tersindiri.













BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
            Metode penelitian yang penulis gunakan adalah wawancara kepada masyarakat desa Penglipuran.
3.2 Variabel Penelitian
            Variabel penelitian karya tulis ini meliputi : Variabel X dan Variabel Y. Dimana variabel X penelitian ini adalah Pengaruh Cara Berpakaian Wisatawan Asing, sedangkan variabel Y yaitu Cara Berpakaian Masyarakat Desa Wisata Penglipuran. Kedua variabel ini dimuat dalam judul karya tulis Pengaruh Cara Berpakaian Wisatawan Asing Terhadap Cara Berpakaian Masyarakat Desa Wisata Penglipuran.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
            Tempat penelitian yang penulis pilih adalah Desa Penglipuran yang berlokasi di kelurahan Kubu, kecamatan Bangli, kabupaten Bangli, Provinsi Bali,dan waktu penelitian adalah hari Jumat 18 Desember 2014.
3.4 Sampel Penelitian
            Penelitian ini ditujukan kepada masyarakat desa penglipuran. Mengingat banyaknya penduduk di Desa Penglipuran, maka peneliti hanya mengambil 6 orang sampel.
3.5 Teknik Pengambilan Data
            Data peneltian ini berupa wawancara dengan jumlah pertanyaan sebanyak 6 pertanyaan. Wawancara tersebut akan ditanyakan pada sampel penelitian pada hari meneliti untuk kemudian di proses sebagai pelaksanaan pengolahaan data.
3.6 Teknik Pengolahan Data





BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian
            Penelitian yang penulis susun mengambil tempat yaitu Desa Wisata Penglipuran. Alasan penulis memilih tempat penelitian tersebut karena menyesuaikan dengan jadwal study tour kami dan tidak sempat mengunjungi tempat lainnya. Selain itu penulis juga tertarik dengan keindahan dan keunikan desa wisata penglipuran.
Desa Penglipuran alah satu desa adat yang masih terpelihara keasliannya. Berbagai tatanan sosial dan budaya masih terlihat di berbagai sudut desa ini sehingga nuansa Bali masa lalu tampak jelas. Perbedaan desa adat Penglipuran dengan desa adat lainnya di Bali adalah tata ruang yang sangat teratur berupa penataan rumah penduduk di kanan dan kiri jalan dengan bentuk fasad rumah yang seragam dalam hal bentuk sehingga keseluruhan desa ini tampak rapi dan teratur.
Selain sebagai identitas, keberadaan Desa Adat Penglipuran adalah sebuah kekayaan ilmiah yang merupakan objek untuk terus dipelajari guna peningkatan pengetahuan. Banyak hal yang dapat dipelajari melalui penelitian terhadap kondisi desa, baik secara struktural maupun tatanan sosial.

LOKASI OBJEK
Desa adat Penglipuran berada di bawah administrasi Kelurahan Kubu, Kecamatan bangli, Kabupaten Bangli, yang berjarak 45 km dari kota Denpasar. Letaknya berada di daerah dataran tinggi di sekitar kaki Gunung Batur. Berdasarkan data tahun 2001 yang dihimpun pemerintah, Desa Adat Penglipuran memiliki luas wilayah sekitar 1,12 Ha.
Untuk menuju desa ini dapat dicapai melalui sisi timur Desa Bangli, yakni Jalan Raya Bangli – Kintamani, maupun dari sisi utara desa, yakni Jalan Kintamani Kayuambua – Bangli.

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA PENGLIPURAN
Memiliki kepala lingkungan yang disebut Wayan Kajeng dan kepala adat yang disebut Wayan Supat. Sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani bambu yang ladangnya terletak di sebelah barat desa. Daerah ini merupakan penghasil bambu terbanyak di pulau Bali. Selain sebagai petani, juga sebagai pengrajin anyam-anyaman dari bambu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan I Wayan Supat, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Penglipuran pada tahun 2010 adalah 225 keluarga yang diwakili oleh 76 dewan desa di dalam lembaga pemerintahan.
Jumlah warga (krama) Desa Adat Penglipuran yang sebanyak 76 orang tersbut disebut sebagai warga/krama desa pengarep. Krama desa pengarep ini bertanggungjawab penuh terhadap pembangunan fisik dan non fisik di desa ini. Jumlah ini juga yang menjadi jumlah tapak rumah di dalam Desa Penglipuran.
Selain lembaga adat, masyarakat Penglipuran juga aktif dalam kegiatan PKK, Arisan, Posyandu, Pokdarwis (kelompok Sadar Wisata). Kegiatan PKK dilakukan setiap tanggal 6 dengan kegiatan simpan pinjam, sosialisasi mengenai upaya peningkatan pendapatan rumah tangga, gizi dll.
Jika ada orang asing yang ingin tinggal di Desa Penglipuran (untuk menetap atau hanya sementara), maka harus ada seorang warga asli Penglipuran yang bertanggung jawab atas keberadaan orang tersebut selama berada di dalam lingkungan Desa Adat Penglipuran. Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya perusakan budaya setempat oleh kehadiran orang asing yang tinggal di dalam desa.
Sama seperti masyarakat Bali lainnya, penduduk Penglipuran juga menganut sistem kasta. Seluruh warga Desa Adat Penglipuran beragama Hindu dengan kasta Sudra (kasta terendah dalam sistem kasta di Bali), tetapi keadaan ini tidak membuat warganya berkecil hati. Hal ini menjadi motivasi bagi warga Desa Penglipuran untuk menunjukkan eksistensinya sebagai desa adat tradisonal yang bisa menjadi objek wisata.
Kegiatan sembahyang warga desa dilakukan 3 kali sehari di Pura Sanggah yang berada di dalam rumah masing-masing warga. Pada saat Purnama Tilem sembahyang dilakukan bersama-sama oleh seluruh penduduk desa di Pura Puseh atau Pura Dalem yang terletak di bagian utara desa.
Untuk menjaga kebersihan diadakan kegiatan pembersihan lingkungan satu bulan sekali setiap tanggal 15. Hal ini juga sebagai penerapan ajaran Tri Hitakarana, yaitu manusia selaras dengan Tuhan, manusia selaras dengan sesama manusia, dan manusia selaras dengan alam. Keselarasan antar sesama manusia diwujudkan dalam kegiatan ungkeman, atau arisan dalam bahasa kita. Ungkeman didakan sebulan sekali dengan tuan rumah yang bergiliran.
Setiap rumah diwajibkan memelihara anjing karena anjing dianggap sebagai sahabat setia manusia. Hal ini berdasar pada legenda Asudewa, anjing Dharmawangsa yang tetap setia menemaninya membuat kisah-kisah sastra. Dharmawangsa merupakan anggota keluarga Pandhawa. Pada saat perang anjing juga setia menemani Pandhawa berperang, sehingga Pandhawa memerintahkan setiap keturunannya wajib memelihara anjing. Penduduk dilarang mengkonsumsi daging anjing. Namun pada beberapa kegiatan, anjing dikorbankan dan dimakan dengan filosofi memberi tempat yang lebih baik pada sahabatnya.




4.2  Deskripsi Data
Penelitian ini mengambil data dengan cara wawancara yang memiliki pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
4.2.1 Wawancara dengan Kepala Lingkungan Wayan Kajeng :
    1.  Pakaian yang dipakai sehari-hari orang Bali.
~ biasanya kaos dan celana, tergantung kebutuhannya
  1. Pakaian yang dipakai pada saat pergi kerja/ sekolah.
~ kerja : tergantung bekerjaannya biasanya (kemeja/kaos/celana panjang)
~ sekolah:biasanya selalu berseragam seperti anak sekolah biasanya
    1. Pakaian yang dipakai saat sembahyang (wanita/pria)
~wanita : kemben,stragen (membelit dada dan pinggul), kain songket dan aksesoris tambahan
~ pria : udeng/ikat kepala, umpal (selendang pengikat), sabuk, kain songket, aksesoris tambahan
    1. Dari umur berapa memakai baju adat untuk sembahyang
~biasanya seumuran Sd
    1. Warna baju saat sembahyang yang diwajibkan (wanita/pria)
~wanita :yang diwajibkannya berwarna kuning atau berwarna putih utuk upacara adat yang penting
~ pria : yang diwajibkannya berwarna putih, dengan  kainnya batik Bali
    1. WNA/WNI yang datang membawa pengaruh atau tidak untuk pakaian yang dipakai sehari-hari pada masyarakat Bali?
~ kalau untuk pakaian sehari-hari jelas terpengaruh, tetapi pakaian adat yang formal jelas sekali masih asli.

4.2.2        Wawancara dengan Bli Kadek :
      1.  Pakaian yang dipakai sehari-hari orang Bali.
~ biasanya kaos dan celana, untuk sehari-hari saja
      1. Pakaian yang dipakai pada saat pergi kerja/ sekolah.
~ kerja : kemeja/kaos/celana panjang
~ sekolah:seragam  sekolah
  1. Pakaian yang dipakai saat sembahyang (wanita/pria)
~wanita : kemben,stragen (membelit dada dan pinggul), kain.
~ pria : udeng/ikat kepala, umpal (selendang pengikat), sabuk, kain songket.
  1. Dari umur berapa memakai baju adat untuk sembahyang
~tergantung orang tuanya
  1. Warna baju saat sembahyang yang diwajibkan (wanita/pria)
~wanita : berwarna kuning atau berwarna putih utuk upacara adat yang penting
~ pria : yang diwajibkannya berwarna putih dan kuning, dengan 
  1. WNA/WNI yang datang membawa pengaruh atau tidak untuk pakaian yang dipakai sehari-hari pada masyarakat Bali?
~ tidak berpengaruh sama sekali

4.2.3        Wawancara dengan Mbok Dewi :
    1. Pakaian yang dipakai sehari-hari orang Bali.
~ biasanya kaos dan celana, untuk sehari-hari saja
    1. Pakaian yang dipakai pada saat pergi kerja/ sekolah.
~ kerja : kemeja/kaos/celana panjang
~ sekolah:seragam  sekolah biasa
    1. Pakaian yang dipakai saat sembahyang (wanita/pria)
~wanita : kemben,stragen (membelit dada dan pinggul), kain.
~ pria : udeng/ikat kepala, umpal (selendang pengikat), sabuk, kain songket.
    1. Dari umur berapa memakai baju adat untuk sembahyang
~tergantung orang tuanya (biasanya seumuran anak SD)
    1. Warna baju saat sembahyang yang diwajibkan (wanita/pria)
~wanita : berwarna kuning atau berwarna putih
~ pria : yang diwajibkannya berwarna putih dan  kuning
  1. WNA/WNI yang datang membawa pengaruh atau tidak untuk pakaian yang dipakai sehari-hari pada masyarakat Bali?
~ tidak berpengaruh sama sekali, apalagi kalau pakaian daerah dan adatnya
4.2.4        Wawancara dengan Meme Wati :
    1. Pakaian yang dipakai sehari-hari orang Bali.
~ biasanya celana pedek ajah sama kaos
    1. Pakaian yang dipakai pada saat pergi kerja/ sekolah.
~ kerja : tergantung pekerjaannya
~ sekolah:seragam  sekolah biasa
    1. Pakaian yang dipakai saat sembahyang (wanita/pria)
~wanita : kemben,stragen (membelit dada dan pinggul), kain.
~ pria : udeng/ikat kepala, umpal (selendang pengikat), sabuk, kain songket
    1. Dari umur berapa memakai baju adat untuk sembahyang
~ biasanya udah ada kain buat anak kecil, tapi diwajibkannya umur 6 tahunan
    1. Warna baju saat sembahyang yang diwajibkan (wanita/pria)
~wanita : kuning atau putih
~ pria : putih
  1. WNA/WNI yang datang membawa pengaruh atau tidak untuk pakaian yang dipakai sehari-hari pada masyarakat Bali?
~ tidak berpengaruh sama sekali untuk pakaian adatnya.

4.2.5        Wawancara dengan Bapak  I Wayan  :
    1. Pakaian yang dipakai sehari-hari orang Bali.
~ kaos dan celana pendek
    1. Pakaian yang dipakai pada saat pergi kerja/ sekolah.
~ kerja : biasanya kemeja dan celana bahan biasa
~ sekolah:seragam  sekolah
    1. Pakaian yang dipakai saat sembahyang (wanita/pria)
~wanita : kemben,stragen (membelit dada dan pinggul), kain.
~ pria : udeng/ikat kepala, umpal (selendang pengikat), sabuk, kain songket
    1. Dari umur berapa memakai baju adat untuk sembahyang
~ diwajibkannya umur 6 tahunan
    1. Warna baju saat sembahyang yang diwajibkan (wanita/pria)
~wanita : kuning atau putih
~ pria : putih
    1. WNA/WNI yang datang membawa pengaruh atau tidak untuk pakaian yang dipakai sehari-hari pada masyarakat Bali?
~ berpengaruh sedikit untuk pakaian sehari-hari.

4.2.6        Wawancara dengan Ade I Nyoman :
    1. Pakaian yang dipakai sehari-hari orang Bali.
~ celana sama kaos
    1. Pakaian yang dipakai pada saat pergi kerja/ sekolah.
~ kerja : kemeja sama celana panjang
~ sekolah:seragam  sekolah
    1. Pakaian yang dipakai saat sembahyang (wanita/pria)
~wanita : kemben,stragen (membelit dada dan pinggul), kain.
~ pria : udeng/ikat kepala, umpal (selendang pengikat), sabuk, kain songket
    1. Dari umur berapa memakai baju adat untuk sembahyang
~ 6 tahun
    1. Warna baju saat sembahyang yang diwajibkan (wanita/pria)
~wanita : kuning atau putih
~ pria : putih atau kuning
    1. WNA/WNI yang datang membawa pengaruh atau tidak untuk pakaian yang dipakai sehari-hari pada masyarakat Bali?
~ tidak berpengaruh sama sekali untuk pakaian adatnya, tapi pakaian  sehari-hari sangat berpengaruh.







BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan hasil analisis data dapat di simpulkan bahwa masyarakat Desa Penglipuran hampir semua mengikuti arus modern yang ada, yaitu terlihat dari pakaian sehari-hari yang mereka pakai sehari-hari. Tetapi untuk pakaian adat dan pakaian daerah Bali sendiri masih asli dan tidak terpengaruh oleh budaya asing.

5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas kami memberikan saran agar :
a.       Masyarakat Desa Penglipuran menghimbau kepada masyarakat wisatawan asing untuk berpakaian yang sopan selama berkunjung ke Desa Wisata Penglipuran.
b.      Masyarakat Desa Wisata Penglipuran untuk tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat dan pakaian daerah yang sudah ada semenjak turun-menurun.










LAMPIRAN


 

















                                                                                           





 


























BIODATA PENULIS

NAMA                                                : Annisa Dievy Nafilah
TEMPAT TANGGAL LAHIR          : Jakarta, 20 Mei 1997
ALAMAT                                           : JALAN AYAT NO 54 RT/RW 10/01 PEJATEN BARAT, PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN, DKI JAKARTA
EMAIL                                               : dievypercikannisa@gmail.com

NAMA                                                : Bagas Putra Pratama Widianto
TEMPAT TANGGAL LAHIR          : Jakarta, 16 Agustus 1997
ALAMAT                                           :

EMAIL                                               : bagasppw@yahoo.com

NAMA                                                : Bonita Mega Melina
TEMPAT TANGGAL LAHIR          : Jakarta, 21 Mei 1997
EMAIL                                               : bonita2429e@gmail.com
ALAMAT                                           : Jl. Srengseng sawah Gg.R Rt 004/03 No:9

NAMA                                                : Dian Anggreni
TEMPAT TANGGAL LAHIR          : Padang 16 Februari 1998
EMAIL                                               : dynpercik@yahoo.co.id
ALAMAT                                           : JALAN KEMUNING II NO 53 RT/RW 08/06 PEJATEN TIMUR, PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN, DKI JAKARTA
NAMA                                                : Dinuriyah Badas Nunggalan
TEMPAT TANGGAL LAHIR          : Jakarta, 18 September 1997
EMAIL                                               : dinuriyahbadas@gmail.com

ALAMAT                                           :JALAN KALIBATA TIMUR 3 RT/RW 05/008 KALIBATA, KALIBATA , JAKARTA SELATAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar